Permasalah lingkungan dengan berbagai isu yang ada bukan lagi sebuah permasalah baru. Perkembangan lingkungan sebagai tempat aktivitas manusia sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia, baik itu perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, ekonomi, demografi, dan berbagai bidang lainnya yang tidak mungkin lepas dari lingkungan. Dewasa ini, perkembangan lingkungan tidak lagi diarahkan pada suatu bentuk exploitation atau how to retrieve it , tetapi lebih pada bagaimana kualitas dan kuantitas dari environmental conservation dilakukan. Hal ini melihat fakta bahwa exploitation yang telah dilakukan telah mengarah pada kerusakan dan degradation of environmental quality. Dalam sebuah era indutrialisasi seperti ini, dimana berbagai pihak saling berkompetisi dalam penggunaan teknologi efisien dan efektif sehingga terkadang mengabaikan dampaknya terhadap lingkungan. Dari data Bank Dunia (2003) menyebutkan bahwa sekitar 15-20 persen dari limbah di Indonesia dibuang secara baik dan tepat, dan sisanya dibuang secara tidak bijak sehingga menyebabkan bencana banjir (Arfan Ikhsan, 2008).
Melihat kondisi saat ini dan munculnya berbagai pemberitaan di media terkait dampak dari operasional perusahaan terhadap lingkungan, menurut Arfan Ikhsan (2008), berbagai perusahaan di Indonesai telah mulai menerapkan konsep akuntansi lingkungan (environment accounting concept) dalam mengidentifikasi pengukuran-pengukuran dan mengkomunikasikan biaya-biaya aktual perusahaan atau dampak potensial lingkungan. Pada dasarnya environment accounting concept menurut United State Environment Protection Agency (US EPA) merupakan sebuah fungsi yang memberi gambaran terkait biaya-biaya lingkungan supaya diperhatikan oleh para stakeholder perusahaan yang mampu mendorong dalam mengidentifikasi cara pengurangan atau penghindaran terhadap biaya-biaya ketika pada saat yang bersamaan dilakukannya perbaikan lingkungan.
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri semen, PT Semen Gresik Tbk. dalam operasional industrinya tidak akan pernah lepas dari lingkungan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam dalam proses produksi di situs http://www.semengresik.com/ina/ProductProcess.aspx menjelaskan bahwa dari input (batu bara), proses dan hasil sisa (limbah) terjalin interaksi dengan lingkungan. Sebagai sebuah perusahaan industri, PT. Semen Gresik Tbk. menyadari bahwa capaian kinerja finansial dan sosial, tidak akan efektif tanpa didukung oleh kepedulian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan atas kesadaran itu, Perseroan telah mengambil inisiatif untuk memadukan berbagai fungsi pelestarian lingkungan hidup yang terintegrasi ke dalam kebijaksanaan perusahaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, dan pengendalian lingkungan hidup. Dengan kesadaran tersebut maka dilakukannya kegiatan CSR (Coorporate Social Responbility) melalui kegiatan kegiatan konversi lingkungan dalam bentuk penghijaun dibeberapa wilayah kabupaten di Jawa Timur, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati – Jawa Tengah dan Program Green Belt di daerah bekas penambangan.
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang profit oriented, setiap kebijakan manajeman PT. Semen Gresik Tbk. pastinya diarahkan pada usaha memaksimalkan laba. Oleh karena konsep profitabilitas terkait erat dengan kinerja keuangan perusahaan (Sucipto:2003), maka setiap kebijakan terhadap kegiatan konservasi lingkungan harus diarahkan pada pencapain kinerja keuangan perusahaan yang telah ditetapkan. Sehingga diperlukan sebuah analisis terkait hubungan kegiatan konservasi lingkungan terhadap pencapain kinerja keuangan perusahaan tahun 2010 guna pengambilan keputusan terkait kebijakan kegiatan konservasi lingkungan periode berikutnya dan sebagai evaluasi di tahun 2010.
*****
Konsep Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting Concept)
Menurut Yuliusman (2008), akuntansi lingkungan (Environmental Accounting ) merupakan sebuah bagian dari akuntansi yang memfokuskan diri pada masalah-masalah sosial dan lingkungan perusahaan. Dalah hal ini akuntansi mewajibkan dilakukannya pengungkapan lingkungan (environmental cost) dan mengukur kinerja lingkungan. Sedangkan untuk akuntansi lingkungan dalam kaitan pelaporan informasi lingkungan perusahaan, John Collier (1995:164) mengatakan : “it will begin by considering the way in which environmental information already has to be reported under exixting accounting conventions”. Sedangkan menurut Widodo Brontowiyono (2010), aspek-aspek dalam kegiatan konservasi lingkungan meliputi perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi dan penguatan lingkungan alam. Hal ini berarti konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, Widodo Brontowiyono (2010) juga mengungkapkan dalam artiketnya yang berjudul “Konservasi Lingkungan” bahwa arti yang sederhana dari konservasi lingkungan adalah wise use, pemanfaatan sumberdaya alam yang bijak.
Pada dasarnya kegiatan konservasi lingkungan dalam Environmental Accounting Concept menurut Arfan Ikhsan (2008) mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama adalah biaya konservasi lingkungan yang diukur dengan menggunakan satuan uang. Biaya konversi tersebut dialokasikan kepada faktor-faktor seperti pencegahan, pengurangan dan/atau penghindaran dari dampak lingkungan, bergerak dari apa yang terjadi, perbaikan setelah terjadinya bencana dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Kinerja Keuangan
Menurut Sucipto (2003), pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan keterlibatan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.
Sedangkan menurut mulyadi (2007) menyimpulkan pengertian kinerja keuangan sebagai hasil keputusan-keputusan manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Hubungan kinerja keuangan dan kegiatan konservasi lingkungan dalam Environmental Accounting Concept
Menurut Yuliusman (2008), akuntansi lingkungan menyediakan informasi lingkungan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan konsep tersebut, dijelaskan oleh Arfan Ikhsan (2008) bahwa akuntansi lingkungan menjalankan fungsinya sebagai pengatur biaya-biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan keputusan.
Selain itu Arfan Ikhsan (2008) juga menjelaskan hubungan keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan terhadap laba yang dihasilkan dari penyelesaian konservasi lingkungan, dimana pendapatan dalam keuntungan aktual (misal : pendapatan dari penjualan produk dan hasil dari kegiatan produk) direalisasi dengan perhitungan dengan berdasarkan pada data yang ditetapkan.
No comments:
Post a Comment